top of page

Create Your First Project

Start adding your projects to your portfolio. Click on "Manage Projects" to get started

Cahaya, Aroma, dan Manusia

Spin-Off

by Zoë Hárst

Date

July 2024

Aku mengutuk alam semesta dan seisinya. Makhluk rapuh yang dinamakan manusia itu merasa diri mereka yang paling berkuasa di muka bumi, melupakan fakta bahwa mereka hanyalah raga yang jiwanya ditiupkan ketika hendak lahir dari tanah.

Cahaya yang melahirkan diriku memberiku perintah untuk menuai emosi dan cinta pada makhluk-makhluk itu. Aku—seorang malaikat pertama yang ada di semesta ini—bertugas untuk mengajari Adam, Hawa, beserta keturunannya cara untuk mencintai satu sama lain. Aku mencium aroma kehidupan yang terpancar dari jiwa mereka. Sedikit banyak aku belajar mengenai aroma jiwa manusia, aroma yang memiliki dua sisi untuk dicium.

Mawar merah berarti gairah sekaligus amarah dan bahaya. Lavender biru memiliki arti kedamaian dan juga kesedihan. Melati hijau melambangkan kesuburan namun juga iri hati, bunga matahari kuning menggambarkan keceriaan sekaligus pengecut, dan masih banyak aroma lainnya.

Lantas aku bertanya pada hatiku, aroma apa yang terdapat dalam diriku ini?

Aku menghabiskan ratusan, ribuan, jutaan tahun untuk mengasihi manusia. Sebagai malaikat agung dari cinta, aku menjadi satu-satunya cahaya yang dapat merasakan kehangatan dunia ini.

Aku mencintai manusia. Mereka amat polos, seperti kertas gambar yang akan dicoret oleh krayon berwarna sembari mereka menjalankan hidup. Namun, apakah aku memiliki krayon untuk aku sendiri?

Sampai suatu ketika aku bertemu dengannya, duniaku berputar terbalik. Mataku terpaku pada seorang manusia fana, wanita dengan rambut hitam legam dengan mata sebiru lautan. Sejak bertemu dengannya, aku merasakan tubuhku terangkat dengan ringan. Dadaku rasanya hangat, jantungku berdebar keras sampai aku yakin ia memompa aroma yang selama ini hilang dari hidupku.

Itu dia. Dengan hadirnya Calliope dalam hidupku, aku merasa lembaran kertas telah terbuka untuk diwarnai olehnya setiap hari.

“Seraphim.”
Ketika ia memanggil namaku, aroma bunga matahari dan krayon kuning menggambar kenangan dalam buku gambarku. Aroma itu akan digantikan dengan aroma lavender biru ketika aku melihatnya menangis, kemudian berganti menjadi aroma mawar merah ketika ia mendekap wujud manusiaku dengan begitu erat. Aroma yang tercium hidungku begitu manis, layaknya ladang bunga yang dihinggapi lebah.
Oh Tuhan…

Aku mencintai seorang manusia fana.

Jika aku kembali ke surga, apakah kertasku akan kembali berwarna putih dan beraroma kosong?

Tidak ingin hubungan terlarang kami diketahui, aku memutuskan untuk melanjutkan kewajibanku dan hanya bertemu dengannya setiap malam purnama. Bertahun-tahun aku melakukan rutinitas tersebut, hingga satu malam yang mengubah semuanya.

Malam itu ulang tahunnya. Alih-alih bertemu, aku merasakan kertas gambarku ditumpahkan dengan tinta dan krayon berwarna hitam. Tubuhnya terbujur kaku di sebelah batu besar, hujan mengguyur kami. Satu-satunya aroma yang dapat kucium hanyalah aroma mawar merah busuk yang mengalir dari kepalanya. Aroma manis dan segar yang biasa kurasakan sekarang berubah menjadi anyir.

Tuhan… apakah ini hukuman karena aku telah jatuh cinta?

Manusia adalah makhluk hina. Betapa beraninya mereka membunuh satu sama lain setelah aku mengajarkan mereka untuk saling mencintai?

Aku membenci manusia.

Sumpah serapah keluar dari mulutku sembari aku menggali liang kubur untuk cinta hatiku. Aku berjanji dengan memegang takhta di surga, bahwa aku akan membalaskan dendamku pada semesta ini.

༺ ⸸ ༻

bottom of page